Tuesday, 16 December 2014

MAKALAH
FILSAFAT UMUM
DEFINISI DAN KARAKTERISTIK
FILSAFAT UMUM






BAB 1
Pendahuluan
a.      Latar belakang
Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan  taufiq, rahmat dan hidayahnya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan  makalah ini denga tepat waktu.
Shalawat dan salam tak lupa kami curahkan  pada Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa kita keluar dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.   
Filasafat merupakan induk dari semua ilmu pengetahun dan juga merupakan  sebuah ilmu yang  membahas tentang persoalan kebenaran hakiki. Adapun Endang  syaifuddin ansori menjelaskan filasafat adalah hasil pemikiran manusia tentang hakikat semua yang ada secara radikal, integral, dan sistematis.
Filsafat disebut juga sebagai suatu ilmu pengetahuan yang bersifat eksistensial, artinya sangat erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan justru filsafatlah yang jadi motor penggerak kehidupan kita sehari-hari baik sebagai manusia pribadi maupun sebagai manusia kolektif dalam bentuk sesuatu masyarakat atau bangsa.

b.      Rumusan masalah
1. Apakah filsafat itu?
2.  Bagaimana bentuk karakteristik filsafat?
3.  Apa ciri-ciri dari filsafat?








BAB II
PENJELASAN

1.     PENGERTIAN FILSAFAT
Pengertian filsafat dapat di tijau dari 2 segi :……..
1. ETIMOLOGI
 Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”.
Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut"filsuf".
2.ARTI TERMINOLOGI
Arti terminologi maksudnya arti yang di kandung oleh istilah-istilah stemen “filsafat”.
• Menurut plato, filsafat adalah pengaturan yang terminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
• Menurut Aristoteles filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang tekadang di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi politik dan estetika (filsafat keindahan).
• Hasbullah Bakry, ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai keutuhan alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya telah di capai pengetahuan itu.
Adapun ahli Mudhofir (1996) memberikan arti filsafat sangat beragam:
- Filsafat sebagai suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta, sikap secara filsafat adalah sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran dan selalu tersedia menunjau suatu problem dari semua sudut pandang.
- Filsafat sebagai suatu metode artinya cara berpikir secara reflektif (mendalam), penyelidikan yang menggunkan alasan, berpikir secara hati-hati dan teliti.
- Filsafat merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh mencoba menggantungkan beberapa kesimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjadi suatu pedagang dunia yang konsisten.
Jadi dari batasan-batasan di atas tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakekatnya. [1]
 




B.    Karakteristik filsafat
Sesuai dengan definisi Endang syaifuddin ansori bahwa filasat adalah meliputi  tentang hakikat semua yang ada secara radikal, integral, dan sistematis. Dari pengertian tersebut secara tidak langsung telah dijelaskan tentang karakteristik filsafat yang meliputi radikal, integral dan sistematis.
Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir adalah berfilsafat. Berfikir filsafat mempunyai karakteristik atau ciri-ciri khusus. Bermacam-macam buku menjelaskan cirri-ciri berfikir filsafat dengan bermacam-macam pula. Tidak lain diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut.

  1. Radikal
Berfilsafat berarti berfikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berfikir secara radikal, ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berfikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan realitas seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri sebagai suatu realitas telah termasuk ke dalamnya sehingga ia pun berupaya untuk mencapai akar pengetahuan tentang dirinya sendiri. .
Telah jelas bahwa artinya berfikir radikal bisa diartikan berfikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu tidak setengah-setengah, tidak berhenti di jalan tetap terus sampai ke ujungnya.
Berfikir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang atau menjungkirbalikkkan segala sesuatu, melainkan dalam arti sebenarnya, yaitu berfikir secara mendalam. Untuk mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan. Berfikir radikal justru hendak memperjelas realitas.



  1. Integral
Integral yang berarti mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang utuh sebagai suatu keseluruha atau filsafat memandang objeknya secara integral.

3.      Sistematis
       Sistematis disini artinya susunan dan urutan (hierarki), juga kaitan suatu masalah dengan materi atau masalah lain yang terdapat pada filsafat. Lantas, apa yang dimaksud dengan materi atau permasalahn filsafat dan bagai mana susunan dan hubungan satu masalah dengan masalah yang terjadi?
       Menurut Langeveld (1959) mengajukan tiga masalah  pokok dalam filsafat yang melahirkan jenis jenis filsafat, disebut dengan problematika filsafat. Ketiga masalah tersebut antara lain:
a.       Masalah mengenal dan mengetahui atau cognition
b.      Masalah segala sesuatu atau metafisika
c.       Masalah penilaian dan aksiologi

  1. Ciri-ciri filsafat
Menurut Clarence I. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal.[1][1] Sedangkan sisi yang terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan atau  problema  kehidupan manusia. Kegiatan atau problem tersebut terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran filsafat yaitu:

  1. Sangat umum dan universal
Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum dan tingkat keumumannya sangat tinggi[2][2]. Karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan obyek-obyek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya umum. Misalnya tentang manusi, tentang keadilan , tentang kebebasan dan lainnya.

  1. Tidak faktual
Pengertian tidak factual kata lainnya adalah spekulatif, yang artinya filsafat membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan ada bukti. Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui batas dari fakta-fakta pengetahuan ilmiah.

c.         Bersangkutan dengan nilai
C.J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan usaha untuk mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta yang disebut penilaian. Yang dibicarakan dalam penilaian adalah tentang yang baik dan yang buruk, yang susila dan asusila dan akhirnya filsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai.[3][3]

  1. Berkaitan dengan arti
di atas telah dikemukakan bahwa nilai selalu dipertahankan dan dicari. Sesuatu yang bernilai tentu di dalamnya penuh dengan arti. Agar upaya para filosof dalam mengungkapkan ide-idenya agar syarat dengan arti, maka para filosof harus dapat menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa yang tepat(ilmiah), kesemuanya itu berguna untuk menghindari adanya kesalahan.

  1. Implikatif
Pemikira filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandun implikasi (akibat logis), dan dari implikasi tersebut diharapkan akan mampu melahirkan pemikiran baru, sehingga akan terjadi proses pemikiran yang dinamis: dari tesis ke anti tesis kemudian sintesis, dan seterusnya….sehingga tiada habis-habisnya. Pola pemikiran yang implikatif (dialektis) akan dapat menyuburkan intelektual.




PENUTUP

  1. Kesimpulan
. Dan pada intinya berfikir filsafat adalah mengejar kejelasan berarti harus berjuang dengan gigih untuk mengeliminasi segala sesuatu yang tidak jelas, yang kabur, dan yang gelap, bahkan juga serta rahasia dan berupa teka-teki. Tanpa kejelasan, filsafat pun akan menjadi yang mistik, serba rahasia, kabur, gelap dan tak mungkin dapat menggapai kebenaran. Jelas terlihat bahwa berfilsafat sesungguhnya merupakan suatu perjuangan untuk mendapatkan suatu perjuangan untuk mendapatkan kejelasan pengertian dan kejelasan seluruh realitas. Perjuangan mencari kejelasan itu adalah satu sifat dasar filsafat.


















DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Endang saifuddin. 1981. Ilmu, filsafat dan agama. Bandung: bina ilmu
Achmadi, Asmoro. 1995. Filsafat umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Hadiwijono, Harun. 1980.Sari sejarah filsafat barat. Yogyakarta: penerbit kanisius
Bakhtiar, Amsal. 2009. Filsafat agama. Jakarta: PT Raja Grafindo persada
Saefullah, Djadja. 2004. Pengantar filsafat. Bandung: PT Refika Aditama
Sutardjo. 2006. Pengantar filsafat. Bandung: PT Rafika Aditama








Monday, 1 December 2014

resume kapita selekta

Kebijakan Pendidikan Nasional
A.       Pengertian Kebijakan Pendidikan
·      Kebijakan :
Kebijakan (policy) seringkali disamakan dengan istilah seperti politik,program, keputusan, undang-undang, aturan, ketentuan-ketentuan, kesepakatan, konvensi, dan rencana strategis.
Berikut adalah definisi kebijakan.
a)    United Nations (1975) : Suatu deklarasi mengenai suatu dasar pedoman bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktifitas –aktivitas tertentu atau suatu rencana(Wahab, 1990).
b)    James E. Anderson (1978) : perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu (Wahab, 1990).
c)    Prof. Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt : a standing decision characterized by behavioral consistency and repetitiveness on the part of both those who make it and those who abide by it (Jones, 1997).
Dapat disimpulakan bahwa kebijakan pendidikan adalah suatu produk yang dijadikan sebagai panduan pengambilan keputusan pendidikan yang legal-netral dan disesuaikan dengan lingkugan hidup pendidikan secara moderat.
B.       Fungsi Kebijakan dan Pendidikan
kebijakan pendidikan dibuat untuk menjadi pedoman dalam bertindak, mengarahkan kegiatan dalam pendidikan atau organisasi atau sekolah dengan masyarakat dan pemerintah  untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, kebijakan merupakan garis umum untuk bertindak bagi pengambilan keputusan pada semua jenjang pendidikan atau organisasi.

C.       Karakteristik Kebijakan Pendidikan
Kebijakan pendidikan memiliki karakteristik yang khusus, yakni:
1.      Memiliki tujuan pendidikan
2.      Memenuhi aspek legal-formal
3.      Memiliki konsep operasional
4.      Dibuat oleh yang berwenang
5.      Dapat dievaluasi
6.      Memiliki sistematika

Inovasi Model Pembelajaran
A.    Pengertian Inovatif/Inovasi Pendidikan
Inovasi berasal dari kata latin, Innovation yang berarti pembaharuan dan perubahan. Inovasi adalah suatu perubahan yang baru yang menuju kearah perbaikan yang lain atau berbeda dari yang sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara kebetulan saja).

B.     Ciri-Ciri Sebuah Model Mengajar (Pembelajaran)
Menurut para ahli, suatu model mengajar dianggap baik apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      memiliki prosedur yang sistematik, untuk memodifikasi perilaku siswa.
2.      hasil belajar ditetapkan secara khusus,
3.      penetapan lingkungan belajar secara khusus dan kondusif.
4.       ukuran keberhasilan,
5.      interaksi dengan lingkungan,

C. Fungsi Dari Model Mengajar (Pembelajaran)
Menurut Chauhan (1979), ada beberapa fungsi dari model mengajar, antara lain:
1.      pedoman
2.       pengembangan kurikulum.
3.      menetapkan bahan-bahan pengajaran,
4.      membantu perbaikan dalam mengajar,
5.      mendorong atau memotivasi terjadinya perubahan tingkah laku pada peserta didik secara maksimal sesuai dengan bakat, minat atau kemampuan masing-masing.

D.    Tujuan Inovasi Pendidikan
 Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas sarana serta jumlah pendidikan sebesar-besarnya (menurut criteria kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan pembangunan), dengan menggunakan sumber, tenga, uang, alat, dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya.


Profesionalisme Guru
A.      Konsep Profesionalisme Guru
Profesionalisme guru adalah suatu tingkat penampilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan sebagai guru yang didukung dengan keterampilan dan kode etik.
Peran guru profesional yaitu sebagai  :
1.      designer (perancang pembelajaran),
2.      edukator (pengembangan kepribadian),
3.      manager (pengelola pembelajaran),
4.      administrator (pelaksanaan teknis administrasi), s
5.      upervisor (pemantau),
6.      inovator (melakukan kegiatan kreatif),
7.      motivator (memberikan dorongan),
8.      konselor (membantu memecahkan masalah),
9.      fasilitator (memberikan bantuan teknis dan petunjuk), dan
10.  evaluator (menilai pekerjaan siswa)

Guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi[[1]], di antaranya yaitu:
1.        Kompetensi  pedagogik,
2.        Kompetensi kepribadian
3.        Kompetensi  sosial
4.        Kompetensi profesionalisme

MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
 Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat  tercapai.
Salah satu karakteristik  penting dari individu yang perlu difahami oleh guru sebagai pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru yang tidak memahami kecerdasan anak didik akan memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-citakan. Generalisasi terhadap kemampuan dan potensi individu memberikan dampak negatif yaitu siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan secara optimal potensi yang ada pada dirinya. Akibat penanganan salah seperti yang dilakukan oleh sistem persekolahan saat ini kita telah kehilangan bakat-bakat cemerlang. Individu-individu yang cerdas tidak dapat mengembangkan potensi diri mereka secara optimal.



Jenis-Jenis Kecerdasan
Howard Gardner (1983) mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tujuh jenis kecerdasan dasar yaitu :
Ø  Kecerdasan bahasa
Ø  Kecerdasan matematis logis
Ø  Kecerdasan spasial
Ø  Kecerdasan kinestetis jasmani
Ø  Kecerdasan musikal
Ø  Kecerdasan interpersonal
Ø  Kecerdasan  intrapersonal
Terakhir, Gardner menambahkan satu kecerdasan lagi yaitu kecerdasan naturalis.
Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
1.      Orang tua murid
2.      Guru
3.      Kurikulum dan fasilitas
4.      Sistem penilaian

DAMPAK IPTEK DALAM DUNIA PENDIDIKAN
a.  Dampak Positif
1.   Munculnya Media Massa,
2.   Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru,
3.   Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka.
4.  Adanya sistem pengolahan data hasil penilaian dengan teknologi.
5.  Pemenuhan  kebutuhan akan fasilitas pendidikan dapat dipenuhi dengan cepat.

Khususnya dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari perkembangan IPTEK, yaitu  :
1.   Pembelajaran menjadi lebih efektif, simulatif dan menarik
2.   Dapat menjelaskan sesuatu yang sulit / Kompleks
3.   Mempercepat proses yang lama
4.   Menghadirkan peristiwa yang jarang terjadi
5.   Menunjukkan peristiwa yang berbahaya atau diluar jangkauan

b.  Dampak Negatif
  Disamping dampak positif yang ditimbulkan oleh perkembangan IPTEK, juga akan muncul dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh perkembangan IPTEK dalam proses pendidikan, antara lain ;
1. Siswa menjadi malas belajar
2. Terjadinya pelanggaran Asusila.
3. Munculnya media massa, khususnya media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat pengetahuan yang disalah gunakan oleh pelajar.
4. Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran, sehingga membuat siswa menjadi malas.
5. Kerahasiaan alat tes untuk pendidikan semakin terancam
6. Penyalahgunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan tindak kriminal.
7. Adanya penyalahgunaan system pengolah data yang menggunakan Teknologi.
PENDIDIKAN AGAMA DI SEKOLAH
Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama islam, dibersamai dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar ummat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (kurikulum PAI, 3: 2002).
Fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah menurut Abdul Majid, dan Dian Andayani, dalam bukunya Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompotensi, yakni sebagai berikut:
  1. Pengembangan,
  2. Penanaman nilai,
  3. Penyesuaian mental
  4. Perbaikan,.
  5. Pencegahan,
  6. Pengajaran,
  7. Penyaluran,

PENDIDIKAN NILAI
Nilai merupakan rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Sejalan dengan definisi itu maka hakikat dan makna nilai adalah berupa norma, etika, peraturan, undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang dalam menjalani kehidupannya. Nilai bersifat abstrak, berada di balik fakta, memunculkan tindakan, terdapat dalam moral seseorang. muncul sebagai ujung proses psikologis, dan berkembang ke arah yang lebih kompleks.
Pendidikan Nilai adalah pendidikan yang mempertimbangkan objek dari sudut moral dan sudut pandang non moral, meliputi estetika, yakni menilai objek dan sudut pandang keindahan dan selera pribadi, dan etika yaitu menilai benar atau salahnya dalam hubungan antar pribadi.
Pendidikan Nilai adalah proses bimbingan melalui suri tauladan pendidikan yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang di dalamnya mencakup nilai agama, budaya, etika, dan estetika menuju pembentukan pribadi peserta didik yang memiliki kecerdasan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian yang utuh, berakhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan negara.
Delapan pendekatan dalam pendidikan nilai atau budi pekerti, yaitu:
(1)     Evocation; yaitu pendekatan agar peserta didik diberi kesempatan dan keleluasaan untuk secara bebas mengekspresikan respon afektifnya terhadap stimulus yang diterimanya.
(2)     Inculcation; yaitu pendekatan agar peserta didik menerima stimulus yang diarahkan menuju kondisi siap.
(3)     Moral Reasoning; yaitu pendekatan agar terjadi transaksi intelektual taksonomik tinggi dalam mencari pemecahan suatu masalah.
(4)     Value clarification; yaitu pendekatan melalui stimulus terarah agar siswa diajak mencari kejelasan isi pesan keharusan nilai moral.
(5)     Value Analysis; yaitu pendekatan agar siswa dirangsang untuk melakukan analisis nilai moral.
(6)     Moral Awareness; yaitu pendekatan agar siswa menerima stimulus dan dibangkitkan kesadarannya akan nilai tertentu.
(7)     Commitment Approach; yaitu pendekatan agar siswa sejak awal diajak menyepakati adanya suatu pola pikir dalam proses pendidikan nilai.
(8)     Union Approach; yaitu pendekatan agar peserta didik diarahkan untuk melaksanakan secara riil dalam suatu kehidupan.

HOMESCHOOLING SEBAGAI PENDIDIKAN ALTERNATIF UNTUK ANAK
Pengertian umum homescooling adalah model pendidikan dimana keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikanya.
Jenis-Jenis Homescooling
a) Homeschooling Tunggal
Pada homeshooling tunggal peran orang tua sangatlah penting sebagai pembimbing, teman belajar ataupun penilai.
b) Homeschooling majemuk
Homeschooling ini dapat merangsang insting sosial anak karena melibatkan anak-anak lain. Anak akan terpacu pula untuk berkompetisi sehingga akan timbul semangat bersaing untuk berprestasi.

c) Komunitas  Homeschooling
Sebagai satuan pendidikan nonformal, komunitas homeschooling dapat menyelenggarakn ujian kesetaraan. Hal ini sesuai dengan uu 20/2003 pasal 26 ayat 6.
Peserta didik yang mengikuti komunitas homeschooling ini   memiliki ruang gerak sosialisasi yang lebih luas dibandingkan dengan homeschooling lainnya.

Problematika Pengembangan Kualitas Pendidikan Islam


Masalah pendidikan Islam timbul karena dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
1. Faktor internal
a. Meliputi manajemen pendidikan Islam yang pada umumnya belum mampu menyelenggarakan pembelajaran dan pengelolaan pendidikan yang efektif dan berkualitas.
b. Faktor kompensasi profesional guru yang masih sangat rendah.
c. Faktor kepemimpinan,

2. Faktor eksternal
a. Adanya perlakuan diskriminatif pemerintah terhadap pendidikan Islam.
b. Dapat dikatakan bahwa paradigma birokrasi tentang pendidikan Islam selama ini lebih didominasi oleh pendekatan sektoral dan bukan pendekatan fungsional.
c. Adanya diskriminasi masyarakat terhadap pendidikan Islam.