Tuesday, 27 January 2015

filsafat islam

MAKALAH
FILSAFAT  ISLAM



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Filsafat Islam”. Shalawat serta salam semoga terap tercurah kepada Nabi kita yaitu Nabi Muhammad SAW,yang telah membawa kita dari jaman kebodohan menuju jalan yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Dalam meyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang kami miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah filsafat Umum dan teman-teman yang bekerjesama untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan sempurnanya makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.


Penyusun

 Ikhda Wardatul Jannah








 
 



DA


                                                                                                           
HALAMAN

HALAMAN JUDUL ........................................................................            i
KATA PENGANTAR ......................................................................            ii
DAFTAR ISI ....................................................................................            iii

BAB I    PENDAHULUAN .............................................................            1
A.   Latar Belakang ............................................................            1
B.   Perumusan Masalah .....................................................            1
C.  Tujuan ...........................................................................            1

BAB II . PEMBAHASAN ................................................................            2
A. Pengertian Filsafat Islam   .............................................            2
B. Peran Filsafat Islam Dalam Dunia Modern…………….           5
C.  Filosof Islam dan Filsafatnya........................................            5


BAB III ........................................................................... PENUTUP                       9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….                       9
           

















BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Penulis sengaja menulis makalah ini dengan judul Filsafat Islam karena berusaha mengajak pembaca atau para ahli dalam pendidikan atau siapa saja kearah pokok persoalan yang mungkin dapat dibahas dalam suatu buku yang berjudul  Filsafat  Islam.
Makalah ini telah cukup berhasil jika makalah ini dapat menimbulkan reaksi-reaksi yang dapat membawa kita yang lebih baik dalam penyusunan suatu karangan lengkap tentang Filsafat Islam. Dengan menamakan judul Filsafat Islam, penulis telah menyadari betapa sukarnya untuk menguraikan pokok karangan ini dalam uraian panjang lebar, jelas dan mendalam.

B.     Rumusan masalah
Dari uraian diatas penulis mempunyai rumusan masalah yakni:
a.   Apa yang dimaksud tentang  Filsafat Islam? 
b.   Apa saja Filosof Islam dan Filsafatnya?



C.    Tujuan
Tujuan Umum :
“Untuk mengetahui arti dan makna secara mendalam tentang Filsafat Islam”





BAB I
PEMBAHASAN



A.    Pengertian Filsafat Islam
a.      Adakah yang disebut Filsafat Islam?
Dalam buku Mulyadhi Kartanegara yang berjudul Gerbang Kearifan, beliau  mendiskusikan beberapa pandangan sarjana tentang istilah filsafat Islam. Ada yang megatakan bahwa Islam tidak pernah dan bisa memiliki filsafat yang independen. Adapun filsafat yang dikembangkan oleh para filosof Muslim adalah pada dasarnya filsafat Yunani, bukan filsafat Islam. Ada lagi yang mengatakan bahwa nama yang tepat untuk itu adalah filsafat Muslim, karena yang terjadi adalah filsafat Yunani yang kemudian dipelajari dan dikembangkan oleh para filosof Muslim.
Ada lagi yang mengatakan bahwa nama yang lebih tepat adalah filsafat Arab, dengan alasan bahwa bahasa yang digunakan dalam karya-karya filosofis mereka adalah bahasa Arab, sekalipun para penulisnya banyak berasal dari Persia, dan namanama lainnya seperti filsafat dalam dunia Islam.
Adapun beliau sendiri cenderung pada sebutan filsafat Islam (Islamic philosophy), dengan setidaknya 3 alasan :
1)      Ketika filsafat Yunani diperkenalkan ke dunia Islam, Islam telah mengembangkan sistem teologi yang menekankan keesaan Tuhan dan syari’ah, yang menjadi pedoman bagi siapapun. Begitu dominannya Pandangan tauhid dan syari’ah ini,sehingga tidak ada suatu sistem apapun, termasuk filsafat, dapat diterima kecuali sesuai dengan ajaran pokok Islam tersebut (tawhid) dan pandangan syari’ah yang bersandar pada ajaran tauhid. Oleh karena itu ketika memperkenalkan filsafat Yunani ke dunia Islam, para filosof Muslim selalu memperhatikan kecocokannya dengan pandangan fundamental Islam tersebut, sehingga disadari atau tidak, telah terjadi “pengislaman” filsafat oleh para filosof Muslim.
2)      Sebagai pemikir Islam, para filosof Muslim adealah pemerhati flsafat asing yang kritis. Ketika dirasa ada kekurangan yang diderita oleh filsafat Yunani, misalanya, maka tanpa ragu-ragu mereka mengeritiknya secara mendasar. Misalnya, sekalipun Ibn Sina sering dikelompokkan sebagai filosof Peripatetik, namun ia tak segan-segan mengertik pandangan Aristoteles, kalau dirasa tidak cocok dan 1menggantikannnya dengan yang lebih baik. Beberapa tokoh lainnya seperti Suhrawardi, Umar b. Sahlan al-Sawi dan Ibn Taymiyyah, juga mengeriktik sistem logika Aristotetles. Sementara al-‘Amiri mengeritik dengan pedas pandangan Empedokles tentang jiwa, karena dianggap tidak sesuai dengan pandangan Islam.
3)      Adalah adanya perkembangan yang unik dalam filsafat islam, akibat dari interaksi antara Islam, sebagai agama, dan filsafat Yunani. Akibatnya para filosof Muslim telah mengembangkan beberapa isu filsfat yang tidak pernah dikembangkan oleh para filosof Yunani sebelumnya, seperti filsafat kenabian, mikraj dsb.

b.       Lingkup Filsafat Islam
Berbeda dengan lingkup filsafat modern, filsafat Islam, sebagaimana yang telah dikembangkan para filosof agungnya, meliputi bidang-bidang yang sangat luas, seperti logika, fisika, matematika dan metafisika yang berada di puncaknya. Seorang filosof tidak akan dikatakan filosof, kalau tidak menguasai seluruh cabang-cabang filosofis yang luas ini.

c.       Pandangan Filsafat yang Holistik
Satu hal lagi yang perlu didiskusikan dalam mengenal filsafat Islam ini adalah pandangannya yang bersifat integral-holistik.Integrasi ini, sebagaimana yang telah saya jelaskan dalam karya saya yang lain Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik, terjadi pada berbagai bidang, khususnya integrasi di bidang sumber ilmu dan klasifikasi ilmu. Filsafat Islam mengakui, sebagai sumber ilmu, bukan hanya pencerapan indrawi, tetapi juga persepsi rasional dan pengalaman mistik. Dengan kata lain menjadikan indera, akal dan hati sebagai sumber-sumber ilmu yang sah. Akibatnya terjadilah integrasi di bidang klasifikasi ilmu antara metafisika, fisika dan matematika, dengan berbagai macam divisinya. Demikian juga integrasi terjadi di bidang metodoogi dan penjelasan ilmiah. Karena itu filsafat Islam tidak hanya mengakui metode observasi, sebagai metode ilmiah, sebagaimana yang dipahami secara eksklusif dalam sains modern, tetapi juga metode burhani, untuk meneliti entitasentitas yang bersifat abstrak, ‘irfani, untuk melakukan persepsi spiritual dengan menyaksikan (musyahadah) secara langsung entitas-entitas rohani, yang hanya bisa dianalisa lewat akal, dan terakhir bayani, yaitu sebuah metode untuk memahami teks-teks suci, seperti al-Qur’an dan Hadits. Oleh karena itu, filsafat Islam mengakui kebasahan observasi indrawi, nalar rasional, pengalaman intuitif, dan juga wahyu sebagai sumbersumber yang sah dan penting bagi ilmu.
Hal ini penting dikemukakan, mengingat selama ini banyak orang yang setelah menjadi ilmuwan, lalu menolak filsafat dan tasawuf sebagai tidak bermakna. Atau ada juga yang telah merasa menjadi filosof, lalu menyangkal keabsahan tasawuf, dengan alasan bahwa tasawuf bersifat irrasional. Atau ada juga yang telah merasa menjadi Sufi lalu menganggap tak penting filsafat dan sains. Dalam pandangan filsafat Islam yang holistik, ketiga bidang tersebut diakui sebagai bidang yang sah, yang tidak perlu dipertentangkan apa lagi ditolak, karena ketiganya merupakan tiga aspek dari sebuah kebenaran yang sama. Sangat mungkin bahwa ada seorang yang sekaligus saintis, filosof dan Sufi, karena sekalipun indera, akal dan hati bisa dibedakan, tetapi ketiganya terintegrasi dalam sebuah pribadi. Namun, seandainya kita tidak bisa menjadi sekaligus ketiganya, seyogyanya kita tidak perlu menolak keabsahan dari masing-masing bidang tersebut, karena dalam filsafat Islam ketiga unsur tersebut dipandang sama realnya.
B.      Peran Filsafat Islam dalam Dunia Modern
a.      Menjawab Tantangan Kontemporer
Pada saat ini, dalam pandangan Beliau (Mulyadhi Kartanegara), umat Islam telah dilanda berbagai persoalah ilmiah filosofis, yang datang dari pandangan ilmiah-filosofis Barat yang bersifat sekuler. Berbagai teori ilmiah, dari berbagai bidang, fisika, biologi, psikologi, dan sosiologi, telah, atas nama metode ilmiah, menyerang fondasi-fondasi kepercayaan agama. Tuhan tidak dipandang perlu lagi dibawa-bawa dalam penjelasan ilmiah. Misalnya bagi Laplace (w. 1827), kehadiran Tuhan dalam pandangan ilmiah hanyalah menempati posisi hipotesa.Dan ia mengatakan, sekarang saintis tidak memerlukan lagi hipotetsa tersebut, karena alam telah bisa dijelaskan secara ilmiah tanpa harus merujuk kepada Tuhan. Baginya, bukan Tuhan yang telah bertanggung jawab atas keteraturan alam, tetapi adalah hukukm alam itu sendiri. Jadi Tuhan telah diberhentikan sebagai pemelihara dan pengatur alam. Demikian juga dalam bidang biologi, Tuhan tidak lagi dipandang sebagai pencipta hewanhewan, karena menurut Darwin (w. 1881), munculnya spesies-spesies hewan adalah karena mekanisme alam sendiri, yang ia sebut sebagai seleksi alamiah (natural selection).
Menurutnya hewan-hewan harus bertransmutasi sendiri agar ia dapat tetap survive, dan tidak ada kaitannya dengan Tuhan. Ia pernah berkata, “kerang harus menciptakan engselnya sendiri, kalau ia mau survive, dan tidak karena campur tangan sebuah agen yang cerdas di luar dirinya. Oleh karena itu dalam pandangan Darwin, Tuhan telah berhenti menjadi pencipta hewan. Dalam bidang psikologi, Freud (w. 1941) telah memandang Tuhan sebagai ilusi. Baginya bukan Tuhan yang menciptakan manusia, tetapi manusialah yang menciptakan Tuhan. Tuhan, sebagai konsep, muncul dalam pikiran manusia ketika ia tidak sanggup lagi menghadapi tantangan eksternalnya, serti bencana alam dll., maupun tantangan internalnya, ketergantungan psikologis pada figur yang lebih dominan. Sedangkan Emil Durkheim, menyatakan bahwa apa yang kita sebut Tuhan, ternyata adalah Masyarakat itu sendiri yang telah dipersonifikasikan dari nilai-nilai sosial yang ada.
Dengan demikian jelaslah bahwa, dalam pandangan sains modern Tuhan tidak memiliki tempat yang spesial, bahkan lama kelamaan dihapus dari wacana ilmiah. Tantangan yang lain juga terjadi di bidang lain seperti bidang spiritual, ekonomi, rkologi dll. Tentu saja tantangan seperti ini tidak boleh kita biarkan tanpa kritik, atau respons kritis dan kreatif yang dapat dengan baik menjawab tantangan-tantangan tersebut secara rasional dan elegan, dan tidak semata-mata bersifat dogmatis dan otoriter. Dan di sinilah beliau melihat bahwa filsafat Islam bisa berperan sangat aktif dan signifikan.

b.      Filsafat sebagai Pendukung Agama
Berbeda dengan yang dikonsepsikan al-Ghazali, di mana filsafat dipandang sebagai lawan bagi agama, beliau (Mulyadhi Kartanegara) melihat filsafat bisa kita jadikan sebagai mitra atau pendukung bagi agama. Dalam keadaan di mana agama mendapat serangan yang gencar dari sains dan filsafat modern, filsafat Islam bisa bertindak sebagai pembela atau tameng bagi agama, dengan cara menjawab serangan sains dan filsafat modern terhadap agama secara filosofis dan rasional. Karena menurut hemat saya tantangan ilmiah-filosofis harus dijawab juga secara ilmiah-filosofis dan bukan semata-mata secara dogmatis. Dengan keyakinan bahwa Islam adalah agama yang menempatkan akal pada posisi yang terhormat, saya yakin bahwa Islam, pada dasarnya bisa dijelaskan secara rasional dan logis.
Selama ini filsafat dicurigai sebagai disiplin ilmu yang dapat mengancam agama. Ya, memang betul. Apaalagi filsafat yang selama ini kita pelajari bukanlah filsafat Islam, melainkan filsafat Barat yang telah lama tercerabut dari akar-akar metafisiknya. Tetapi kalau kita betul-betul mempelajari filsafat Islam dan mengarahkannya secara benar, maka filsafat Islam juga adalah sangat potensial untuk menjadi mitra filsafat atau bahwan pendukung agama.
Di sini filsafat bisa bertindak sebagai benteng yang melindungi agama dari berbagai ancaman dan serangan ilmiah-filosofis seperti yang saya deskrisikan di atas.
Serangan terhadap eksistensi Tuhan, misalnya dapat dijawab dengan berbagai argumen adanya Tuhan yang telah banyak dikemukakan oleh para filosof Muslim, dari al-Kindi, Ibn Sina, Ibn Rusyd dll., seperti yang telah saya jelaskan antara lain dalam buku saya Menembus Batas Waktu. Serangan terhadap wahyu bisa dijawab oleh berbagai teori pewahyuan yang telah dikemukakan oleh banyak pemikir Muslim dari al-Ghazali, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Taymiyyah, Ibn Rusyd, Mulla Shadra dll.

C.    Filosof Islam Dan Filsafat Nya


Tidak dapat dipungkiri bahwa pemikiran filsafat Islam terpengaruh oleh filsafat Yunani. Filosof-filosof Islam banyak mengambil pikiran Aristoteles dan sangat tertarik dengan pikiran-pikiran Plotinus sehingga banyak teorinya yang diambil. Memang demikianlah keadaan orang yang datang kemudian, terpengaruh oleh orang-orang sebelumnya dan berguru kepada mereka. Kita saja yang hidup pada abad ke-20 ini, dalam banyak hal masih berhutang budi kepada orang-orang Yunani dan Romawi. Akan tetapi berguru tidak berarti mengekor dan hanya mengutip, sehingga harus dikatakan bahwa filsafat Islam itu hanya kutipan semata-mata dari Aristoteles, seperti apa yang dikatakan Renan, atau dari neo-Platonisme, seperti yang dikatakan Duhem, karena filsafat Islam telah menampung dan mempertemukan berbagai aliran pemikiran. Kalau filsafat Yunani merupakan salah satu sumbernya, maka tidak aneh kalau kebudayaan India dan Iran juga menjadi sumbernya pula.

Perpindahan dan pertukaran pikiran tidak selalu berarti berhutang budi. Sesuatu persoalan kadang-kadang dibicarakan dan diselidiki oleh orang banyak dan hasilnya dapat mempunyai bermacam-macam corak: seseorang bisa mengambil persoalan yang pernah dikemukakannya oleh orang lain sambil mengemukakan teori dan pikirannya sendiri. Spinoza misalnya, meskipun banyak mengikuti Descartes, namun ia mempunyai mazhabnya sendiri. Ibnu Sina, meskipun murid yang setia dari Aristoteles, namun ia mempunyai pikiran-pikiran yang berlainan.

Filosof-filosof Islam pada umumnya hidup dalam lingkungan dan suasana yang berbeda dari apa yang dialami oleh filosof-filosof lain, dan pengaruh-pengaruh lingkungan dan suasana terhadap jalan pikiran mereka tidak bisa dilupakan. Pada akhirnya tidaklah bisa dipungkuri bahwa dunia Islam telah berhasil membentuk suatu filsafat yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan keadaan masyarakat Islam sendiri.

1.      AL-KINDI
Nama lengkapnya Abu Yusuf, Ya’kub bin Ishak Al-Sabbah bin Imran bin Al-Asha’ath bin Kays Al-Kindi. Beliau biasa disebut Ya’kub, lahir pada tahun 185 H (801 M) di Kufah. Keturunan dari suku Kays, dengan gelar Abu Yusuf  (bapak dari anak yang bernama Yusuf) nama orang tuanya Ishaq Ashshabbah, dan ayahnya menjabat gubernur di Kufah, pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan Harun Al-Rasyid dari Bani Abbas.
Nama Al-Kindi adalah merupakan nama yang diambil dari nama sebuah suku, yaitu : Banu Kindah. Banu Kindah adalah suku keturunan Kindah, yang berlokasi di daerah selatan Jazirah Arab dan mereka ini mempunyai kebudayaan yang tinggi.
Sebagai orang yang dilahirkan di kalangan para intelektual, maka pendiidkan yang pertama-tama diterima adalah membaca Al-Qur’an, menulis, dan berhitung. Disamping itu ia banyak mempelajari tentang sastra dan agama, juga menerjemahkan beberapa buku Yunani di dalam bahasa Syiria kuno, dan bahasa Arab.
Al-Kindi mengarang buku-buku yang menganut keterangan Ibnu Al-Nadim buku yang ditulisnya berjumlah 241 dalam bidang filsafat, logika, arithmatika, astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik, optika, musik, matematika dan sebagainya. Dari karangan-karangannya, dapat kita ketahui bahwa Al-Kindi termasuk penganut aliran Eklektisisme; dalam metafisika dan kosmologi mengambil pendapat Aristoteles, dalam psikologi mengambil pendapat Plato, dalam hal etika mengambil pendapat Socrates dan Plato.
Mengenai filsafat dan agama, Al-Kindi berusaha mempertemukan amtara kedua hal ini; Filsafat dan agama. Al-Kindi berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu tentang kebenaran atau ilmu yang paling mulia dan paling tinggi martabatnya. Dan agama juga merupakan ilmu mengenai kebenaran, akan tetapi keduanya memiliki perbedaan.
Mengenai hakikat Tuhan, Al-Kindi menegaskan bahwa Tuhan adalah wujud yang hak (benar), yang bukan asalnya tidak ada menjadi ada, ia selalu mustahil tidak ada, ia selalu ada dan akan selalu ada. Jadi Tuhan adalah wujud sempurna yang tidak didahului oleh wujud yang lain, tidak berakhir wujudNya dan tidak wujud kecuali denganNya.
Unsur-unsur filsafat yang kita dapati pada pemikiran Al-Kindi ialah:
a.       Aliran Pythagoras tentang matematika sebagai jalan ke arah filsafat.
b.      Pikiran-pikiran Aristoteles dalam soal-soal fisika dan metafisika, meskipun Al-Kindi tidak sependapat dengan Aristoteles tentang qadimnya alam.
c.       Pikiran-pikiran Plato dalam soal kejiwaan.
d.      Pikiran-pikiran Plato dan Aristoteles bersama-sama dalam soal etika.
e.       Wahyu dan iman (ajaran-ajaran agama) dalam soal-soal yang berhubungan dengan Tuhan dan sifat-sifatNya.
f.        Aliran Mu’tazilah dalam memuja kekuatan akal manusia dan dalam menakwilkan ayat-ayat Qur’an.

      Haruslah diakui bahwa Al-Kindi tidak mempunyai sistem filsafat yang lengkap. Jasanya ialah karena dia adalah orang yang pertama-tama membuka pintu filsafat bagi dunia Arab dan diberinya corak Arab keislaman. Pendiri filsafat Islam yang sebenarnya ialah Al-Farabi.

2.       AL-FARABI
Ia adalah Abu Nashr Muhammad bin Muhammad bin Tharkhan. Sebutan Al-Farabi diambil dari nama kota Farab, dimana ia dilahirkan pada tahun 257 H (870 M). Ayahnya adalah seorang Iran dan kawin dengan seorang wanita Turkestan. Kemudian ia menjadi perwira tentara Turkestan. Karena itu, Al-Farabi dikatakan berasal dari keturunan Turkestan dan kadang-kadang juga dikatakan dari keturunan Iran.

Sejak kecilnya, Al-Farabi suka belajar dan ia mempunyai kecakapan luar biasa dalam lapangan bahasa. Bahasa-bahasa yang dikuasainya antara lain bahasa Iran, Turkistan, dan Kurdistan. Nampaknya ia tidak mengenal bahasa Yunani dan Siriani, yaitu bahasa-bahasa ilmu pengetahuan dan filsafat pada waktu itu.
Setelah besar, Al-Farabi meninggalkan negerinya untuk menuju kota Baghdad, pusat pemerintahan dan ilmu pengetahuan pada masanya, untuk belajar antara lain pada Abu Bisyr bin Mattius. Selama berada di Baghdad, ia memusatkan perhatiannya kepada ilmu logika.
            Al-Farabi luas pengetahuannya, mendalami ilmu-ilmu yang ada pada masanya dan mengarang buku-buku dalam ilmu tersebut. Buku-bukunya, baik yang sampai kepada kita maupun yang tidak, menunjukkan bahwa ia mendalami ilmu-ilmu bahasa, matematika, kimia, astronomi, kemiliteran, musik, ilmu alam, ketuhanan, fiqih, dan mantik.
Sebagian besar karangan-karangan Al-Farabi terdiri dari ulasan dan penjelasan terhadap filsafat Aristoteles, Plato, dan Galenius, dalam bidang-bidang logika, fisika, etika, dan metafisika. Meskipun banyak tokoh filsafat yang diulas pikirannya, namun ia lebih terkenal sebagai pengulas Aristoteles.
Di antara karangan-karangannya ialah:
  1. Aghradlu ma Ba’da at-Thabi’ah.
  2. Al-Jam’u baina Ra’yai al-Hakimain (Mempertemukan Pendapat Kedua        Filosof; maksudnya Plato dan Aristoteles).
  3. Tahsil as-Sa’adah (Mencari Kebahagiaan).
  4. ‘Uyun al-Masail (Pokok-Pokok  persoalan).
  5. Ara-u Ahl-il Madinah al-Fadhilah (Pikiran-Pikiran Penduduk Kota Utama Negeri Utama).
  6. Ih-sha’u al-Ulum (Statistik Ilmu).

      Menurut Dr. Ibrahim Madkour, filsafat Al-Farabi adalah filsafat yang bercorak spiritual-idealis, sebab menurut Al-Farabi, dimana-mana ada roh. Tuhannya adalah Roh dari segala Roh. Akal yang dikonsepsikannya yaitu ‘Uqul Mufariqah (akal yang terlepas dari benda) merupakan makhluk rohani murni, sedang kepala negeri- utamanya, menguasai badannya. Roh itu pula yang menggerakkan benda-benda langit dan mengatur alam di bawah bulan.
      Meskipun Al-Farabi telah banyak mengambil dari Plato, Aristoteles dan Plotinus, namun ia tetap memegangi kepribadian, sehingga pikiran-pikiranya tersebut merupakan filsafat Islam yang berdiri sendiri, yang bukan filsafat stoa, atau Peripatetik atau Neo Platonisme. Memeng bisa dikatakan adanya pengaruh aliran-aliran tersebut, namun bahannya yang pokok adalah dari Islam sendiri.

3.      IBNU SINA
Ibnu Sina dilahirkan dalam masa kekacauan, dimana Khilafah Abbasiyah mengalami kemunduran, dan negeri-negeri yang mula-mula berada di bawah kekuasaan khilafah tersebut mulai melepaskan diri satu persatu untuk berdiri sendiri. Kota Baghdad sendiri, sebagai pusat pemerintahan Khilafah Abbasiyah, dikuasai oleh golongan Bani Buwaih pada tahun 334 H dan kekuasaan mereka berlangsung terus sampai tahun 447 H.
Di antara daerah-daerah yang berdiri sendiri ialah Daulah Samani di Bukhara, dan di antara khalifahnya ialah Nuh bin Mansur. Pada masanya, yaitu di tahun 340 H (980 M), di suatu tempat yang bernama Afsyana, daerah Bukhara, Ibnu Sina dilahirkan dan dibesarkan. Di Bukhara ia menghafal Qur’an dan belajar ilmu-ilmu agama serta ilmu astronomi, sedangkan usianya baru sepuluh tahun. Kemudian ia mempelajari matematika, fisika, logika dan ilmu metafisika. Sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya, seorang Masehi.
Belum lagi usianya melebihi enam-belas tahun, kemahirannya dalam ilmu kedokteran sudah dikenal orang, bahkan banyak orang yang berdatangan untuk berguru kepadanya. Ia tidak cukup dengan teori-teori kedokteran, taoi juga melakukan praktek dan mengobati orang-orang sakit.
Sebenarnya hidup Ibnu Sina tidak pernah mengalami ketenangan, dan usianya pun tidak panjang. Meskipun banyak kesibukan-kesibukannya dalam urusan politik, sehingga ia tidak banyak mempunyai kesempatan untuk mengarang, namun ia telah berhasil meninggalkan berpuluh-puluh karangan.

Karangan-karangan Ibnu Sina yang terkenal ialah:
  1. Asy-Syifa. Buku ini adalah buku filsafat yang terpenting dan terbesar dari Ibnu Sina, dan trediri dari enpat bagian, yaitu: logika, fisika, matematika, dan metafisika (ketuhanan).
  2. An-Najat. Buku ini merupakan keringkasan buku as-Syifa, dan pernah diterbitkan bersama-sama dengan buku al-Qanun dalam ilmu kedokteran pada tahun 1593 M di Roma dan pada tahun 1331 M di Mesir.
  3. Al-Isyarat wat-Tanbihat. Buku ini adalah buku terakhir dan yang paling baik, dan pernah diterbitkan di Leiden pada tahun 1892 M, dan sebagiannya diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis.
  4. Al-Hikmat al-Masyriqiyyah. Buku ini banyak dibicarakan orang, karena tidak jelasnya maksud judul buku, dan naskah-naskahnya yang masih ada memuat bagian logika.
  5. Al-Qanun, atau Canon of Medicine, menurut penyebutan orang-orang Barat. Buku ini pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan pernah menjadi buku standar untuk universitas-universitas Eropa sampai akhir abad ketujuhbelas Masehi.

      Ibnu Sina memberikan perhatiannya yang khusus terhadap pembahasan kejiwaan, sebagaimana yang dapat kita lihat dari buku-buku yang khusus untuk soal-soal kejiwaan atau pun buku-buku yang berisi campuran berbagai persoalan filsafat.
      Pengaruh Ibnu Sina dalam soal kejiwaan tidak dapat diremehkan, baik pada dunia piker Arab sejak abad kesepuluh Masehi sampai akhir abad ke-19 Masehi, terutama pada Gundissalinus, Albert the Great, Thomas Aquinas, Roger Bacon, dan Dun Scott. Bahkan juga ada pertaliannya dengan pikiran-pikiran Descartes tentang hakikat jiwa dan wujudnya.
      Hidup Ibnu Sina penuh dengan kesibukan bekerja dan mengarang; penuh pula dengan kesenangan dan kepahitan hidup bersama-sama, dan boleh jadi keadaan ini telah mengakibatkan ia tertimpa penyakit yang tidak bisa diobati lagi. Pada tahun 428 H (1037 M), ia meninggal dunia di Hamadzan, pada usia 58 tahun.

4. AL-GHAZALI
Ia adalah Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali, bergelar Hujjatul Islam, lahir tahun 450 H di Tus, suatu kota kecil di Khurassan (Iran). Kata-kata al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dengan dua z). dengan menduakalikan z, kata-kata al-Ghazzali diambil dari kata-kata Ghazzal, artinya tukang pemintal benang, karena pekerjaan ayahnya ialah memintal benang wol, sedang al-Ghazali dengan satu z, diambil dari kata-kata Ghazalah, nama kampung kelahiran al-Ghazali. Sebutan terakhir ini yang banyak dipakai.
Al-Ghazali pertama-tama belajar agama di kota Tus, kemudian meneruskan di Jurjan, dan akhirnya di Naisabur pada Imam al-Juwaini, sampai yang terakhir ini wafat tahun 478 H/1085 M. kemudian ia berkunjung kepada Nidzam al-Mulk di kota Mu’askar, dan dari padanya ia mendapat kehormatan dan penghargaan yang besar, sehingga ia tinggal di kota itu  enam tahun lamanya. Pada tahun 483 H/1090 M, ia diangkat menjadi guru di sekolah Nidzamah Baghdad, dan pekerjaannya itu dilaksanakan dengan sangat berhasil. Selama di Baghdad, selain  mengajar, juga mengadakan bantahan-bantahan terhadap pikiran-pikiran golongan Bathiniyah, Isma’iliyyah, golongan filsafat dan lain-lain.
Pengaruh al-Ghazali di kalangan kaum Muslimin besar sekali, sehingga menurut pandangan orang-orang ahli ketimuran (Orientalis), agama Islam yang digambarkan oleh kebanyakan kaum Muslimin berpangkal pada konsepsi al-Ghazali.
Al-Ghazali adalah seorang ahli pikir Islam yang dalam ilmunya, dan mempunyai nafas panjang dalam karangan-karangannya. Puluhan buku telah ditulisnya yang meliputi berbagai lapangan ilmu, antara lain Teologi Islam (Ilmu Kalam), Hukum Islam (Fiqih), Tasawuf, Tafsir, Akhlak dan adab kesopanan, kemudian autobiografi. Sebagian besar dari buku-buku tersebut diatas dalam bahasa Arab dan yang lain ditulisnya dalam bahasa Persia.

Karyanya yang terbesar yaitu Ihya ‘Ulumuddin yang artinya “Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama”, dan dikarangnya selama beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara Syam, Yerussalem, Hijjaz dan Tus, dan yang berisi tentang paduan yang indah antara fiqih, tasawuf dan filsafat, bukan saja terkenal di kalangan kaum Muslimin, tetapi juga di kalangan dunia Barat dan luar Islam.
Bukunya yang lain yaitu al-Munqidz min ad-Dlalal (Penyelamat dari Kesesatan), berisi sejarah perkembangan alam pikirannya dan mencerminkan sikapnya yang terakhir terhadap beberapa macam ilmu, serta jalan untuk mencapai Tuhan. Diantara penulis-penulis modern banyak yang mengikuti jejak al-Ghazali dalam menuliskan autobiografi.
Pikiran-pikiran al-Ghazali telah mengalami perkembangan sepanjang hidupnya dan penuh kegoncangan batin, sehingga sukar diketahui kesatuan dan kejelasan corak pemikirannya, seperti yang terlihat dari sikapnya terhadap filosof-filosof dan terhadap aliran-aliran akidah pada masanya.
            Namun demikian, al-Ghazali telah mencapai hakikat agama yang belum pernah diketemukan oleh orang-orang  yang sebelumnya dan mengembalikan kepada agama nulai-nilai yang telah hilang tidak menentu. Jalan yang terdekat kepada Tuhan ialah jalan hati dan dengan demikian ia telah membuka pintu Islam seluas-luasnya untuk tasawuf.
Pengaruh al-Ghazali besar sekali di kalangan kaum  Muslimin sendiri sampai sekarang ini, sebagaimana juga di kalangan tokoh-tokoh pikir abad pertengahan bahkan juga sampai pada tokoh-tokoh pikir abad modern.






















BAB III
KESIMPULAN

            Dunia Islam telah berhasil membentuk suatu filsafat yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan keadaan masyarakat Islam sendiri.
            Nama Al-Kindi adalah merupakan nama yang diambil dari nama sebuah suku, yaitu : Banu Kindah. Banu Kindah adalah suku keturunan Kindah, yang berlokasi di daerah selatan Jazirah Arab dan mereka ini mempunyai kebudayaan yang tinggi.
            Mengenai filsafat dan agama, Al-Kindi berusaha mempertemukan amtara kedua hal ini; Filsafat dan agama. Al-Kindi berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu tentang kebenaran atau ilmu yang paling mulia dan paling tinggi martabatnya. Dan agama juga merupakan ilmu mengenai kebenaran, akan tetapi keduanya memiliki perbedaan.
            Abu Nashr Muhammad bin Muhammad bin Tharkhan. Sebutan Al-Farabi diambil dari nama kota Farab, dimana ia dilahirkan pada tahun 257 H (870 M). Sebagian besar karangan-karangan Al-Farabi terdiri dari ulasan dan penjelasan terhadap filsafat Aristoteles, Plato, dan Galenius, dalam bidang-bidang logika, fisika, etika, dan metafisika. Meskipun banyak tokoh filsafat yang diulas pikirannya, namun ia lebih terkenal sebagai pengulas Aristoteles.
            Di tahun 340 H (980 M), di suatu tempat yang bernama Afsyana, daerah Bukhara, Ibnu Sina dilahirkan dan dibesarkan. Di Bukhara ia menghafal Qur’an dan belajar ilmu-ilmu agama serta ilmu astronomi, sedangkan usianya baru sepuluh tahun. Kemudian ia mempelajari matematika, fisika, logika dan ilmu metafisika. Sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya, seorang Masehi.
            Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali, bergelar Hujjatul Islam, lahir tahun 450 H di Tus, suatu kota kecil di Khurassan (Iran). Al-Ghazali adalah seorang ahli pikir Islam yang dalam ilmunya, dan mempunyai nafas panjang dalam karangan-karangannya. Puluhan buku telah ditulisnya yang meliputi berbagai lapangan ilmu, antara lain Teologi Islam (Ilmu Kalam), Hukum Islam (Fiqih), Tasawuf, Tafsir, Akhlak dan adab kesopanan, kemudian autobiografi. Sebagian besar dari buku-buku tersebut diatas dalam bahasa Arab dan yang lain ditulisnya dalam bahasa Persia. Abubakar Muhammad bin Yahya, yang terkenal dengan sebutan Ibnus-Shaigh atau Ibnu Bajah.



DAFTAR PUSTAKA




Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Bulan Bintang, Jakarta : 1996

Sudarsono, Ilmu Filsafat – Suatu Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta : 2001

Mulyadhi Kartanegara, Masa Depan Filsafat Islam “antara cita dan fakta”..Sebuah Paper













Monday, 26 January 2015

Kebijakan Pendidikan Nasional
Pengertian Kebijakan Pendidikan
Kebijakan :
Kebijakan (policy) seringkali disamakan dengan istilah seperti politik,program, keputusan, undang-undang, aturan, ketentuan-ketentuan, kesepakatan, konvensi, dan rencana strategis.
Dapat disimpulakan bahwa kebijakan pendidikan adalah suatu produk yang dijadikan sebagai panduan pengambilan keputusan pendidikan yang legal-netral dan disesuaikan dengan lingkugan hidup pendidikan secara moderat.
Fungsi Kebijakan dan Pendidikan
kebijakan pendidikan dibuat untuk menjadi pedoman dalam bertindak, mengarahkan kegiatan dalam pendidikan atau organisasi atau sekolah dengan masyarakat dan pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, kebijakan merupakan garis umum untuk bertindak bagi pengambilan keputusan pada semua jenjang pendidikan atau organisasi.

Karakteristik Kebijakan Pendidikan
Kebijakan pendidikan memiliki karakteristik yang khusus, yakni:
Memiliki tujuan pendidikan
Memenuhi aspek legal-formal
Memiliki konsep operasional
Dibuat oleh yang berwenang
Dapat dievaluasi
Memiliki sistematika


Inovasi Model Pembelajaran
Pengertian Inovatif/Inovasi Pendidikan
Inovasi berasal dari kata latin, Innovation yang berarti pembaharuan dan perubahan. Inovasi adalah suatu perubahan yang baru yang menuju kearah perbaikan yang lain atau berbeda dari yang sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara kebetulan saja).

Ciri-Ciri Sebuah Model Mengajar (Pembelajaran)
Menurut para ahli, suatu model mengajar dianggap baik apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
memiliki prosedur yang sistematik, untuk memodifikasi perilaku siswa.
hasil belajar ditetapkan secara khusus,
penetapan lingkungan belajar secara khusus dan kondusif.
 ukuran keberhasilan,
interaksi dengan lingkungan,

Fungsi Dari Model Mengajar (Pembelajaran)
Menurut Chauhan (1979), ada beberapa fungsi dari model mengajar, antara lain:
pedoman
 pengembangan kurikulum.
menetapkan bahan-bahan pengajaran,
membantu perbaikan dalam mengajar,
mendorong atau memotivasi terjadinya perubahan tingkah laku pada peserta didik secara maksimal sesuai dengan bakat, minat atau kemampuan masing-masing.

Tujuan Inovasi Pendidikan
 Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas sarana serta jumlah pendidikan sebesar-besarnya (menurut criteria kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan pembangunan), dengan menggunakan sumber, tenga, uang, alat, dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya.


Profesionalisme Guru
A. Konsep Profesionalisme Guru
Profesionalisme guru adalah suatu tingkat penampilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan sebagai guru yang didukung dengan keterampilan dan kode etik.
Peran guru profesional yaitu sebagai :
designer (perancang pembelajaran),
edukator (pengembangan kepribadian),
manager (pengelola pembelajaran),
administrator (pelaksanaan teknis administrasi), s
upervisor (pemantau),
inovator (melakukan kegiatan kreatif),
motivator (memberikan dorongan),
konselor (membantu memecahkan masalah),
fasilitator (memberikan bantuan teknis dan petunjuk), dan
evaluator (menilai pekerjaan siswa)

Guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi[], di antaranya yaitu:
Kompetensi pedagogik,
Kompetensi kepribadian
Kompetensi sosial
Kompetensi profesionalisme



MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
 Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Jenis-Jenis Kecerdasan
Howard Gardner (1983) mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tujuh jenis kecerdasan dasar yaitu :
Kecerdasan bahasa
Kecerdasan matematis logis
Kecerdasan spasial
Kecerdasan kinestetis jasmani
Kecerdasan musikal
Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan  intrapersonal
Terakhir, Gardner menambahkan satu kecerdasan lagi yaitu kecerdasan naturalis.
Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
Orang tua murid
Guru
Kurikulum dan fasilitas
Sistem penilaian

DAMPAK IPTEK DALAM DUNIA PENDIDIKAN
a.  Dampak Positif
1.   Munculnya Media Massa,
2.   Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru,
3.   Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka.
4.  Adanya sistem pengolahan data hasil penilaian dengan teknologi.
5.  Pemenuhan  kebutuhan akan fasilitas pendidikan dapat dipenuhi dengan cepat.

Khususnya dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari perkembangan IPTEK, yaitu  :
1.   Pembelajaran menjadi lebih efektif, simulatif dan menarik
2.   Dapat menjelaskan sesuatu yang sulit / Kompleks
3.   Mempercepat proses yang lama
4.   Menghadirkan peristiwa yang jarang terjadi
5.   Menunjukkan peristiwa yang berbahaya atau diluar jangkauan

b.  Dampak Negatif
  Disamping dampak positif yang ditimbulkan oleh perkembangan IPTEK, juga akan muncul dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh perkembangan IPTEK dalam proses pendidikan, antara lain ;
1. Siswa menjadi malas belajar
2. Terjadinya pelanggaran Asusila.
3. Munculnya media massa, khususnya media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat pengetahuan yang disalah gunakan oleh pelajar.
4. Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran, sehingga membuat siswa menjadi malas.
5. Kerahasiaan alat tes untuk pendidikan semakin terancam
6. Penyalahgunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan tindak kriminal.
7. Adanya penyalahgunaan system pengolah data yang menggunakan Teknologi.
PENDIDIKAN AGAMA DI SEKOLAH
Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama islam, dibersamai dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar ummat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (kurikulum PAI, 3: 2002).
Fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah menurut Abdul Majid, dan Dian Andayani, dalam bukunya Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompotensi, yakni sebagai berikut:
Pengembangan,
Penanaman nilai,
Penyesuaian mental
Perbaikan,.
Pencegahan,
Pengajaran,
Penyaluran,

PENDIDIKAN NILAI
Nilai merupakan rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Sejalan dengan definisi itu maka hakikat dan makna nilai adalah berupa norma, etika, peraturan, undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang dalam menjalani kehidupannya. Nilai bersifat abstrak, berada di balik fakta, memunculkan tindakan, terdapat dalam moral seseorang. muncul sebagai ujung proses psikologis, dan berkembang ke arah yang lebih kompleks.
Pendidikan Nilai adalah pendidikan yang mempertimbangkan objek dari sudut moral dan sudut pandang non moral, meliputi estetika, yakni menilai objek dan sudut pandang keindahan dan selera pribadi, dan etika yaitu menilai benar atau salahnya dalam hubungan antar pribadi.
Pendidikan Nilai adalah proses bimbingan melalui suri tauladan pendidikan yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang di dalamnya mencakup nilai agama, budaya, etika, dan estetika menuju pembentukan pribadi peserta didik yang memiliki kecerdasan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian yang utuh, berakhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan negara.
Delapan pendekatan dalam pendidikan nilai atau budi pekerti, yaitu:
(1)     Evocation; yaitu pendekatan agar peserta didik diberi kesempatan dan keleluasaan untuk secara bebas mengekspresikan respon afektifnya terhadap stimulus yang diterimanya.
(2)     Inculcation; yaitu pendekatan agar peserta didik menerima stimulus yang diarahkan menuju kondisi siap.
(3)     Moral Reasoning; yaitu pendekatan agar terjadi transaksi intelektual taksonomik tinggi dalam mencari pemecahan suatu masalah.
(4)     Value clarification; yaitu pendekatan melalui stimulus terarah agar siswa diajak mencari kejelasan isi pesan keharusan nilai moral.
(5)     Value Analysis; yaitu pendekatan agar siswa dirangsang untuk melakukan analisis nilai moral.
(6)     Moral Awareness; yaitu pendekatan agar siswa menerima stimulus dan dibangkitkan kesadarannya akan nilai tertentu.
(7)     Commitment Approach; yaitu pendekatan agar siswa sejak awal diajak menyepakati adanya suatu pola pikir dalam proses pendidikan nilai.
(8)     Union Approach; yaitu pendekatan agar peserta didik diarahkan untuk melaksanakan secara riil dalam suatu kehidupan.

HOMESCHOOLING SEBAGAI PENDIDIKAN ALTERNATIF UNTUK ANAK
Pengertian umum homescooling adalah model pendidikan dimana keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikanya.
Jenis-Jenis Homescooling
a) Homeschooling Tunggal
Pada homeshooling tunggal peran orang tua sangatlah penting sebagai pembimbing, teman belajar ataupun penilai.
b) Homeschooling majemuk
Homeschooling ini dapat merangsang insting sosial anak karena melibatkan anak-anak lain. Anak akan terpacu pula untuk berkompetisi sehingga akan timbul semangat bersaing untuk berprestasi.
 c) Komunitas Homeschooling
Sebagai satuan pendidikan nonformal, komunitas homeschooling dapat menyelenggarakn ujian kesetaraan. Hal ini sesuai dengan uu 20/2003 pasal 26 ayat 6.
Peserta didik yang mengikuti komunitas homeschooling ini memiliki ruang gerak sosialisasi yang lebih luas dibandingkan dengan homeschooling lainnya.

Problematika Pengembangan Kualitas Pendidikan Islam

Masalah pendidikan Islam timbul karena dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
1. Faktor internal
a. Meliputi manajemen pendidikan Islam yang pada umumnya belum mampu menyelenggarakan pembelajaran dan pengelolaan pendidikan yang efektif dan berkualitas.
b. Faktor kompensasi profesional guru yang masih sangat rendah.
c. Faktor kepemimpinan,

2. Faktor eksternal
a. Adanya perlakuan diskriminatif pemerintah terhadap pendidikan Islam.
b. Dapat dikatakan bahwa paradigma birokrasi tentang pendidikan Islam selama ini lebih didominasi oleh pendekatan sektoral dan bukan pendekatan fungsional.
c. Adanya diskriminasi masyarakat terhadap pendidikan Islam.




BIMBINGAN SKRIPSI

Ibid atau ibidem berarti "tempat yang sama adalah istilah yang digunakan pada catatan kaki atau referensi yang menunjukkan bahwa sumber yang digunakan tersebut telah dikutip juga pada catatan kaki sebelumnya tanpa didahului dengan sumber lainnya Contoh penggunaan ibid: [1] Susanto, “Tendangan si Kaki Buntung” (Mataram: Joesat Press, 2010) hal.23 [2] Ibid
[3] Id. at 29. Dari penjelasan di atas, kita ketahui bahwa
Referensi omor 2 sama dengan nomor satu (pengarang, buku, dan halaman yang sama).
Referensi nomor 3 sama dengan nomor 1 tetapi hal yang berbeda, halaman 29.
Op.Cit (opere citato/kutipan sebelumnya yang telah diselangi oleh kutipan sumber lain) merujuk merujuk kepada sumber yang sama yang telah disebut terdahulu, tetapi diantarai oleh sumber lain yang tidak sama halamannya. Contoh penggunaan Op.Cit: 1Satria Titien, "Perbedaan Akusisi Bahasa" (Jakarta: Gramedia, 2015), 111. 2Daniel Goleman, "Emotional Intelligence" (Jakarta: Gramedia, 2001), 161. 3Sandra Desi & Abdul Halim, "Bahasa Antara" (Bandung: Kaifa, 2000), 25-46  4Titien, Op.Cit., 125.  Loc.cit (locere citato=kutipan yang telah disebutkan pada halaman/bab selanjutnya) artinya Jika halaman yang dikutip sama, maka digunakan istilah loc. cit. (sing-katan dari loco citato) Penggunaan loc.cit dan Op.Cit sekarang sudah jarang digunakan lagi. Dalam metode kutipan Kate.L.Turabian (oxford) kutipan tersebut diganti dengan sebagian nama penulis, sebagian nama buku, dan halaman. Contoh penggunaan Loc.cit: 1Haerazi, “Pendekatan pembelajaran Bahasa", (Yogyakarta: Samudra Biru, 2010) hal 15-20 2Amalia Rizki, “Penerapan Bahasa", (Bandung: Tiga Dara, 2015) hal 15 3Haerazi, Loc.Cit

Penulisan daftar pustaka :
Nama dibalik. (tahun) judul buku dicatak miring, kota penerbit: penerbit
Ketentuan : 1. Nama dibalik, bila nama panjang yg depan di singkat
  2. baris kedua dari daftar pustaka di tulis menjorok kedalam
  3. urutkan sesuai abjad apabila daftar pustaka lnh dari Satu


Kerangka penelitian kuantitatif

HAL JUDUL
HAL PERSTUJUAN NOGTA PEMBIMBING
HAL PENGESAHAN SKRIPSI
HAL MOTTO
HAL PERSEMBAHAN
HAL DAFTAR TABEL (KALO ADA)
HAL KATA PENGNTAR
HAL DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Blakang masalah
Penegasan judul
Rumusan masalah
Hipotesis
Tujuan dan kegunaan penelitian
Kajian pustaka
Metode penelitian
PENDEKATAN PENELITIAN
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
VARiabel dan indikator
Teknik pengumplan data
Teknik analisi data
SSTEMATIKA PENULISAN
BAB II LANDAAN TEORI
BAB III LAPORANN HSIL PNELITIAN
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRANDAFTAR RWYT HDUP PENULIS



KERANGKA KUALITATIF
HAL JUDUL
HAL PERSTUJUAN NOGTA PEMBIMBING
HAL PENGESAHAN SKRIPSI
HAL MOTTO
HAL PERSEMBAHAN
HAL DAFTAR TABEL (KALO ADA)
HAL KATA PENGNTAR
HAL DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Blakang masalah
Penegasan judul
Rumusan masalah
Tujuan dan kegunaan penelitian
Kajian pustaka
Metode penelitian
PENDEKATAN PENELITIAN
Teknik pengumplan data
Teknik analisi data
SSTEMATIKA PENULISAN
BAB II LANDAAN TEORI
BAB III LAPORANN HSIL PNELITIAN
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
BAB V PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
KATA PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRANDAFTAR RWYT HDUP PENULIS

BIMBINGAN SKRIPSI

Ibid atau ibidem berarti "tempat yang sama adalah istilah yang digunakan pada catatan kaki atau referensi yang menunjukkan bahwa sumber yang digunakan tersebut telah dikutip juga pada catatan kaki sebelumnya tanpa didahului dengan sumber lainnya Contoh penggunaan ibid: [1] Susanto, “Tendangan si Kaki Buntung” (Mataram: Joesat Press, 2010) hal.23 [2] Ibid
[3] Id. at 29. Dari penjelasan di atas, kita ketahui bahwa
Referensi omor 2 sama dengan nomor satu (pengarang, buku, dan halaman yang sama).
Referensi nomor 3 sama dengan nomor 1 tetapi hal yang berbeda, halaman 29.
Op.Cit (opere citato/kutipan sebelumnya yang telah diselangi oleh kutipan sumber lain) merujuk merujuk kepada sumber yang sama yang telah disebut terdahulu, tetapi diantarai oleh sumber lain yang tidak sama halamannya. Contoh penggunaan Op.Cit: 1Satria Titien, "Perbedaan Akusisi Bahasa" (Jakarta: Gramedia, 2015), 111. 2Daniel Goleman, "Emotional Intelligence" (Jakarta: Gramedia, 2001), 161. 3Sandra Desi & Abdul Halim, "Bahasa Antara" (Bandung: Kaifa, 2000), 25-46  4Titien, Op.Cit., 125.  Loc.cit (locere citato=kutipan yang telah disebutkan pada halaman/bab selanjutnya) artinya Jika halaman yang dikutip sama, maka digunakan istilah loc. cit. (sing-katan dari loco citato) Penggunaan loc.cit dan Op.Cit sekarang sudah jarang digunakan lagi. Dalam metode kutipan Kate.L.Turabian (oxford) kutipan tersebut diganti dengan sebagian nama penulis, sebagian nama buku, dan halaman. Contoh penggunaan Loc.cit: 1Haerazi, “Pendekatan pembelajaran Bahasa", (Yogyakarta: Samudra Biru, 2010) hal 15-20 2Amalia Rizki, “Penerapan Bahasa", (Bandung: Tiga Dara, 2015) hal 15 3Haerazi, Loc.Cit

Penulisan daftar pustaka :
Nama dibalik. (tahun) judul buku dicatak miring, kota penerbit: penerbit
Ketentuan : 1. Nama dibalik, bila nama panjang yg depan di singkat
  2. baris kedua dari daftar pustaka di tulis menjorok kedalam
  3. urutkan sesuai abjad apabila daftar pustaka lnh dari Satu


Kerangka penelitian kuantitatif

HAL JUDUL
HAL PERSTUJUAN NOGTA PEMBIMBING
HAL PENGESAHAN SKRIPSI
HAL MOTTO
HAL PERSEMBAHAN
HAL DAFTAR TABEL (KALO ADA)
HAL KATA PENGNTAR
HAL DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Blakang masalah
Penegasan judul
Rumusan masalah
Hipotesis
Tujuan dan kegunaan penelitian
Kajian pustaka
Metode penelitian
PENDEKATAN PENELITIAN
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
VARiabel dan indikator
Teknik pengumplan data
Teknik analisi data
SSTEMATIKA PENULISAN
BAB II LANDAAN TEORI
BAB III LAPORANN HSIL PNELITIAN
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRANDAFTAR RWYT HDUP PENULIS



KERANGKA KUALITATIF
HAL JUDUL
HAL PERSTUJUAN NOGTA PEMBIMBING
HAL PENGESAHAN SKRIPSI
HAL MOTTO
HAL PERSEMBAHAN
HAL DAFTAR TABEL (KALO ADA)
HAL KATA PENGNTAR
HAL DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Blakang masalah
Penegasan judul
Rumusan masalah
Tujuan dan kegunaan penelitian
Kajian pustaka
Metode penelitian
PENDEKATAN PENELITIAN
Teknik pengumplan data
Teknik analisi data
SSTEMATIKA PENULISAN
BAB II LANDAAN TEORI
BAB III LAPORANN HSIL PNELITIAN
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
BAB V PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
KATA PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRANDAFTAR RWYT HDUP PENULIS

BIMBINGAN SKRIPSI

Ibid atau ibidem berarti "tempat yang sama adalah istilah yang digunakan pada catatan kaki atau referensi yang menunjukkan bahwa sumber yang digunakan tersebut telah dikutip juga pada catatan kaki sebelumnya tanpa didahului dengan sumber lainnya Contoh penggunaan ibid: [1] Susanto, “Tendangan si Kaki Buntung” (Mataram: Joesat Press, 2010) hal.23 [2] Ibid
[3] Id. at 29. Dari penjelasan di atas, kita ketahui bahwa
Referensi omor 2 sama dengan nomor satu (pengarang, buku, dan halaman yang sama).
Referensi nomor 3 sama dengan nomor 1 tetapi hal yang berbeda, halaman 29.
Op.Cit (opere citato/kutipan sebelumnya yang telah diselangi oleh kutipan sumber lain) merujuk merujuk kepada sumber yang sama yang telah disebut terdahulu, tetapi diantarai oleh sumber lain yang tidak sama halamannya. Contoh penggunaan Op.Cit: 1Satria Titien, "Perbedaan Akusisi Bahasa" (Jakarta: Gramedia, 2015), 111. 2Daniel Goleman, "Emotional Intelligence" (Jakarta: Gramedia, 2001), 161. 3Sandra Desi & Abdul Halim, "Bahasa Antara" (Bandung: Kaifa, 2000), 25-46  4Titien, Op.Cit., 125.  Loc.cit (locere citato=kutipan yang telah disebutkan pada halaman/bab selanjutnya) artinya Jika halaman yang dikutip sama, maka digunakan istilah loc. cit. (sing-katan dari loco citato) Penggunaan loc.cit dan Op.Cit sekarang sudah jarang digunakan lagi. Dalam metode kutipan Kate.L.Turabian (oxford) kutipan tersebut diganti dengan sebagian nama penulis, sebagian nama buku, dan halaman. Contoh penggunaan Loc.cit: 1Haerazi, “Pendekatan pembelajaran Bahasa", (Yogyakarta: Samudra Biru, 2010) hal 15-20 2Amalia Rizki, “Penerapan Bahasa", (Bandung: Tiga Dara, 2015) hal 15 3Haerazi, Loc.Cit

Penulisan daftar pustaka :
Nama dibalik. (tahun) judul buku dicatak miring, kota penerbit: penerbit
Ketentuan : 1. Nama dibalik, bila nama panjang yg depan di singkat
  2. baris kedua dari daftar pustaka di tulis menjorok kedalam
  3. urutkan sesuai abjad apabila daftar pustaka lnh dari Satu


Kerangka penelitian kuantitatif

HAL JUDUL
HAL PERSTUJUAN NOGTA PEMBIMBING
HAL PENGESAHAN SKRIPSI
HAL MOTTO
HAL PERSEMBAHAN
HAL DAFTAR TABEL (KALO ADA)
HAL KATA PENGNTAR
HAL DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Blakang masalah
Penegasan judul
Rumusan masalah
Hipotesis
Tujuan dan kegunaan penelitian
Kajian pustaka
Metode penelitian
PENDEKATAN PENELITIAN
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
VARiabel dan indikator
Teknik pengumplan data
Teknik analisi data
SSTEMATIKA PENULISAN
BAB II LANDAAN TEORI
BAB III LAPORANN HSIL PNELITIAN
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRANDAFTAR RWYT HDUP PENULIS



KERANGKA KUALITATIF
HAL JUDUL
HAL PERSTUJUAN NOGTA PEMBIMBING
HAL PENGESAHAN SKRIPSI
HAL MOTTO
HAL PERSEMBAHAN
HAL DAFTAR TABEL (KALO ADA)
HAL KATA PENGNTAR
HAL DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Blakang masalah
Penegasan judul
Rumusan masalah
Tujuan dan kegunaan penelitian
Kajian pustaka
Metode penelitian
PENDEKATAN PENELITIAN
Teknik pengumplan data
Teknik analisi data
SSTEMATIKA PENULISAN
BAB II LANDAAN TEORI
BAB III LAPORANN HSIL PNELITIAN
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
BAB V PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
KATA PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRANDAFTAR RWYT HDUP PENULIS

MAKALAH HADIST PENDIDIKAN


BAB    I
PENDAHULUAN
Kepedulian sosial adalah sikap yang diajarkan rasullullah.Banyak hadis yang menyatakan bahwa kepedulia sosial menentukan tingkat keimanan seseorang. Orang beriman tidak hanya baik di mata tuhan tetapi juga baik di mata masyarakat. Kebaikan tidak hanya diukur dengan kualitas dan kuntitas ibadah formal, melainkan seberapa besar amal perbuatan seseorang bermanfaat dan membawa maslahat bagi manusia.
Kepedulian sosial merupakan fondasi dari masyarakat beradab.kepedulian sosial dapat menjamin masyarakat bisa menikmati kesejahteraan karena kontrol sosial berada di tangan rakyatkekuatan sipil atau masyarakatlah yang menentukan dan memutuskan keputusan itu penting dalam kehidupan sosialnya. Pemerintah hanya menjadi seperangkat media atau alat yang menjadi pelayan bag rakyatnya.disinilah kepedulian sosial menciptakan masyarakat yang kuat.
Kepedulian sosial merupakan idealitasyang seharusnya menjadi visi dalam mencapai tujuan masyarakat secra bersama-sama. Kepedulian sosial membutuhkan kemauan dan i'tikad yang kuat dari setiap individu.akan tetapi, niat dan kemauan saja tidak cukup, karena niat dan perbuatan baik yang tidak dikoordinasikan akan dikalahkan oleh niat dan perbuatan jahat yang dikoordinasikan dengan rapi. Kepedulian sebagai perbuatan mulia tidak cukup hanya dengan dibiasakan, tapi perlu dilakukan bersama-sama dan saling melengkapi antar semua komponen masyarakat.Kerja sama dan sikap saling menolong inilah yang lambat laun dapat menghilangkan kejahatan dan kezaliman dalam masyarakat.[1][1]
    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Hadist Tentang Membuang Duri Dari Jalan
B.     Hadist Tentang Menolong Orang Lain
 III.            PEMBAHASAN
A.    Hadist Tentang Membuang Duri Dari Jalan
Dalam setiap agama, peduli pada kesusahan orang lain adalah sebuah kewajiban. Apalagi dalam agama Islam diwajibkan untuk membantu saudara sesama manusia, sesama makhluk Tuhan, apalagi bila itu adalah umat muslim, dengan apa pun yang dapat kita lakukan. Karena sekecil apaun perbuatan itu ada nilainya dan Allah pasti akan member4ikan balasannya. Setiap hari Islam menganjurkan untuk beshadaqah dengan amal perbuatan baik sekecil apaun itu. Dan setiap amal perbuatan yang telah  dilakukan akan mendapatkan pahala shadaqah atasnya. Seperti yang tertulis dalam hadist di bawah ini :

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم كل سُلامى من الناس صدقة , كل يوم تطلع فيه الشمس تعدل بين اثنين صدقة , وتعين الرجل في دابته فتحمله عليها أ, ترفع عليها متاعه صدقة , والكلمة الطيبة صدقة , وبكل خطوة تمشيها إلى الصلاة صدقة , وتميط الأذى عن الطريق صدقة " رواه البخاري ومسلم
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : ‘Setiap anggota badan manusia diwajibkan bershadaqah setiap hari selama matahari masih terbit. Kamu mendamaikan antara dua orang (yang berselisih) adalah shadaqah, kamu menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah shadaqah, berkata yang baik itu adalah shadaqah, setiap langkah berjalan untuk shalat adalah shadaqah, dan menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah shadaqah ”.[2][2]

 Dari makna hadis diatas disebutkan bahwa setiap anggota badan manusia wajib dishadaqahi bagaimana cara kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari terus bisa bershadaqah. Caranya adalah : Mendamaikan dua orang yang sedang berseteru (berkelahi). Perbuatan mendamaikan, (merukunkan) orang yang berseteru (bermusuhan) adalah shodaqoh.Menolong orang hendak naik kendaraan atau membawakan barangnya menaikkan atau menurunkan dari kendaraan, adalah shodaqoh. Ucapan thoyibah seperti “Lailaha illallah”, juga merupakan shodaqoh.
Tiap-tiap langkah orang ke masjid untuk sholat berjamaah, atau untuk menuntut ilmu (mengaji)  juga merupakan shodaqohDan menghilangkan (menyingkirkan) halangan  di jalan seperti duri, tulang, tali, paku, beling, juga merupakan shodaqoh.
Berdasarkan Hadits ini, maka cara untuk berbuat kebaikan itu banyak sekali. Bisa dengan badan (tenaga), misalnya mengantar tamu, mengangkat barang-barang bawaan tamu, teman atau saudara, menyingkirkan gangguan di jalan (duri, paku, beling, tali, dsb).
Shodaqoh dengan lisan : Kalimat  Thoyibah, misalnya Tahlil, Tasbih, Tahmid, dzikir, Do’a,  Tilawah (membaca AlQur’an), dst.Shodakoh dengan harta, misalnya zakat, infaq, nafkah.[3][3]
            Dalam hadist diatas terlihat sekali bahwa agama islam sangat memperdulikan masalah-masalah sosial yang ada masyarakat. Setiap tindakan sosial akan diberi pahala shadaqah. Dalam hadist diatas juga disebutkan tindakan sosial yang kecil seperti menyingkirkan duri dari jalan juga sangat dianjurkan. Karena tindakan sosial yang sekecil apapun yang bermanfaat bagi masyarakat pasti ada pahalanya disisi Allah. Oleh karena itu kepedulian sosial diwajibkan atas umat islam karena merupakan perwujudan akhlak mulia sebagai esensi dari ajaran islam.