Monday, 26 January 2015

Kebijakan Pendidikan Nasional
Pengertian Kebijakan Pendidikan
Kebijakan :
Kebijakan (policy) seringkali disamakan dengan istilah seperti politik,program, keputusan, undang-undang, aturan, ketentuan-ketentuan, kesepakatan, konvensi, dan rencana strategis.
Dapat disimpulakan bahwa kebijakan pendidikan adalah suatu produk yang dijadikan sebagai panduan pengambilan keputusan pendidikan yang legal-netral dan disesuaikan dengan lingkugan hidup pendidikan secara moderat.
Fungsi Kebijakan dan Pendidikan
kebijakan pendidikan dibuat untuk menjadi pedoman dalam bertindak, mengarahkan kegiatan dalam pendidikan atau organisasi atau sekolah dengan masyarakat dan pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, kebijakan merupakan garis umum untuk bertindak bagi pengambilan keputusan pada semua jenjang pendidikan atau organisasi.

Karakteristik Kebijakan Pendidikan
Kebijakan pendidikan memiliki karakteristik yang khusus, yakni:
Memiliki tujuan pendidikan
Memenuhi aspek legal-formal
Memiliki konsep operasional
Dibuat oleh yang berwenang
Dapat dievaluasi
Memiliki sistematika


Inovasi Model Pembelajaran
Pengertian Inovatif/Inovasi Pendidikan
Inovasi berasal dari kata latin, Innovation yang berarti pembaharuan dan perubahan. Inovasi adalah suatu perubahan yang baru yang menuju kearah perbaikan yang lain atau berbeda dari yang sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara kebetulan saja).

Ciri-Ciri Sebuah Model Mengajar (Pembelajaran)
Menurut para ahli, suatu model mengajar dianggap baik apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
memiliki prosedur yang sistematik, untuk memodifikasi perilaku siswa.
hasil belajar ditetapkan secara khusus,
penetapan lingkungan belajar secara khusus dan kondusif.
 ukuran keberhasilan,
interaksi dengan lingkungan,

Fungsi Dari Model Mengajar (Pembelajaran)
Menurut Chauhan (1979), ada beberapa fungsi dari model mengajar, antara lain:
pedoman
 pengembangan kurikulum.
menetapkan bahan-bahan pengajaran,
membantu perbaikan dalam mengajar,
mendorong atau memotivasi terjadinya perubahan tingkah laku pada peserta didik secara maksimal sesuai dengan bakat, minat atau kemampuan masing-masing.

Tujuan Inovasi Pendidikan
 Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas sarana serta jumlah pendidikan sebesar-besarnya (menurut criteria kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan pembangunan), dengan menggunakan sumber, tenga, uang, alat, dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya.


Profesionalisme Guru
A. Konsep Profesionalisme Guru
Profesionalisme guru adalah suatu tingkat penampilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan sebagai guru yang didukung dengan keterampilan dan kode etik.
Peran guru profesional yaitu sebagai :
designer (perancang pembelajaran),
edukator (pengembangan kepribadian),
manager (pengelola pembelajaran),
administrator (pelaksanaan teknis administrasi), s
upervisor (pemantau),
inovator (melakukan kegiatan kreatif),
motivator (memberikan dorongan),
konselor (membantu memecahkan masalah),
fasilitator (memberikan bantuan teknis dan petunjuk), dan
evaluator (menilai pekerjaan siswa)

Guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi[], di antaranya yaitu:
Kompetensi pedagogik,
Kompetensi kepribadian
Kompetensi sosial
Kompetensi profesionalisme



MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
 Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Jenis-Jenis Kecerdasan
Howard Gardner (1983) mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tujuh jenis kecerdasan dasar yaitu :
Kecerdasan bahasa
Kecerdasan matematis logis
Kecerdasan spasial
Kecerdasan kinestetis jasmani
Kecerdasan musikal
Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan  intrapersonal
Terakhir, Gardner menambahkan satu kecerdasan lagi yaitu kecerdasan naturalis.
Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
Orang tua murid
Guru
Kurikulum dan fasilitas
Sistem penilaian

DAMPAK IPTEK DALAM DUNIA PENDIDIKAN
a.  Dampak Positif
1.   Munculnya Media Massa,
2.   Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru,
3.   Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka.
4.  Adanya sistem pengolahan data hasil penilaian dengan teknologi.
5.  Pemenuhan  kebutuhan akan fasilitas pendidikan dapat dipenuhi dengan cepat.

Khususnya dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari perkembangan IPTEK, yaitu  :
1.   Pembelajaran menjadi lebih efektif, simulatif dan menarik
2.   Dapat menjelaskan sesuatu yang sulit / Kompleks
3.   Mempercepat proses yang lama
4.   Menghadirkan peristiwa yang jarang terjadi
5.   Menunjukkan peristiwa yang berbahaya atau diluar jangkauan

b.  Dampak Negatif
  Disamping dampak positif yang ditimbulkan oleh perkembangan IPTEK, juga akan muncul dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh perkembangan IPTEK dalam proses pendidikan, antara lain ;
1. Siswa menjadi malas belajar
2. Terjadinya pelanggaran Asusila.
3. Munculnya media massa, khususnya media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat pengetahuan yang disalah gunakan oleh pelajar.
4. Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran, sehingga membuat siswa menjadi malas.
5. Kerahasiaan alat tes untuk pendidikan semakin terancam
6. Penyalahgunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan tindak kriminal.
7. Adanya penyalahgunaan system pengolah data yang menggunakan Teknologi.
PENDIDIKAN AGAMA DI SEKOLAH
Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama islam, dibersamai dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar ummat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (kurikulum PAI, 3: 2002).
Fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah menurut Abdul Majid, dan Dian Andayani, dalam bukunya Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompotensi, yakni sebagai berikut:
Pengembangan,
Penanaman nilai,
Penyesuaian mental
Perbaikan,.
Pencegahan,
Pengajaran,
Penyaluran,

PENDIDIKAN NILAI
Nilai merupakan rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Sejalan dengan definisi itu maka hakikat dan makna nilai adalah berupa norma, etika, peraturan, undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang dalam menjalani kehidupannya. Nilai bersifat abstrak, berada di balik fakta, memunculkan tindakan, terdapat dalam moral seseorang. muncul sebagai ujung proses psikologis, dan berkembang ke arah yang lebih kompleks.
Pendidikan Nilai adalah pendidikan yang mempertimbangkan objek dari sudut moral dan sudut pandang non moral, meliputi estetika, yakni menilai objek dan sudut pandang keindahan dan selera pribadi, dan etika yaitu menilai benar atau salahnya dalam hubungan antar pribadi.
Pendidikan Nilai adalah proses bimbingan melalui suri tauladan pendidikan yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang di dalamnya mencakup nilai agama, budaya, etika, dan estetika menuju pembentukan pribadi peserta didik yang memiliki kecerdasan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian yang utuh, berakhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan negara.
Delapan pendekatan dalam pendidikan nilai atau budi pekerti, yaitu:
(1)     Evocation; yaitu pendekatan agar peserta didik diberi kesempatan dan keleluasaan untuk secara bebas mengekspresikan respon afektifnya terhadap stimulus yang diterimanya.
(2)     Inculcation; yaitu pendekatan agar peserta didik menerima stimulus yang diarahkan menuju kondisi siap.
(3)     Moral Reasoning; yaitu pendekatan agar terjadi transaksi intelektual taksonomik tinggi dalam mencari pemecahan suatu masalah.
(4)     Value clarification; yaitu pendekatan melalui stimulus terarah agar siswa diajak mencari kejelasan isi pesan keharusan nilai moral.
(5)     Value Analysis; yaitu pendekatan agar siswa dirangsang untuk melakukan analisis nilai moral.
(6)     Moral Awareness; yaitu pendekatan agar siswa menerima stimulus dan dibangkitkan kesadarannya akan nilai tertentu.
(7)     Commitment Approach; yaitu pendekatan agar siswa sejak awal diajak menyepakati adanya suatu pola pikir dalam proses pendidikan nilai.
(8)     Union Approach; yaitu pendekatan agar peserta didik diarahkan untuk melaksanakan secara riil dalam suatu kehidupan.

HOMESCHOOLING SEBAGAI PENDIDIKAN ALTERNATIF UNTUK ANAK
Pengertian umum homescooling adalah model pendidikan dimana keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikanya.
Jenis-Jenis Homescooling
a) Homeschooling Tunggal
Pada homeshooling tunggal peran orang tua sangatlah penting sebagai pembimbing, teman belajar ataupun penilai.
b) Homeschooling majemuk
Homeschooling ini dapat merangsang insting sosial anak karena melibatkan anak-anak lain. Anak akan terpacu pula untuk berkompetisi sehingga akan timbul semangat bersaing untuk berprestasi.
 c) Komunitas Homeschooling
Sebagai satuan pendidikan nonformal, komunitas homeschooling dapat menyelenggarakn ujian kesetaraan. Hal ini sesuai dengan uu 20/2003 pasal 26 ayat 6.
Peserta didik yang mengikuti komunitas homeschooling ini memiliki ruang gerak sosialisasi yang lebih luas dibandingkan dengan homeschooling lainnya.

Problematika Pengembangan Kualitas Pendidikan Islam

Masalah pendidikan Islam timbul karena dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
1. Faktor internal
a. Meliputi manajemen pendidikan Islam yang pada umumnya belum mampu menyelenggarakan pembelajaran dan pengelolaan pendidikan yang efektif dan berkualitas.
b. Faktor kompensasi profesional guru yang masih sangat rendah.
c. Faktor kepemimpinan,

2. Faktor eksternal
a. Adanya perlakuan diskriminatif pemerintah terhadap pendidikan Islam.
b. Dapat dikatakan bahwa paradigma birokrasi tentang pendidikan Islam selama ini lebih didominasi oleh pendekatan sektoral dan bukan pendekatan fungsional.
c. Adanya diskriminasi masyarakat terhadap pendidikan Islam.




No comments:

Post a Comment